Pengalaman Mistis Letda Soehari di Barongan
( Kejadian 23 September 1948 )
_Editor, furqonws / ardhityafw@gmail.com_

Kisah ini terjadi pada tahun 1948, sewaktu Bulan September. Pada waktu itu, aku ditugaskan sebagai salah satu kepala seksi penjagaan peralatan dan barang barang Angkatan Perang (seperti senjata dan amunisi) yang sebelumnya dipindahkan dari Kota Jogja ke gudang yang berlokasi di areal bekas Pabrik Gula Barongan, Jetis, Bantul. Ruanganku bekerja pun berada di bekas kantor pabrik yang berada di selatan sendiri dan tentunya berdekatan dengan gudang penyimpanan. Di sini aku memiliki bawahan yang bernama (sebut saja) Sersan Mayor Sumadi yang tidur sekamar denganku. Selain itu ada juga tenaga harian sipil bernama (sebut saja) Pak Songgolo dan Pak Kromo yang berasal dari daerah sekitar gudang.
Waktu itu pagi hari tanggal 23 September 1948, Serma Sumadi izin pamit kepadaku untuk ke Kota Jogja demi menonton sandiwara Bintang Timur yang sedang berjalan di Alun Alun. Karena aku rasa memang bawahanku itu sudah lama tidak "libur" maka kuberikan saja izin itu kepadanya. Imbasnya, aku langsung menyuruh Pak Kromo untuk menemaniku tidur di kamar malam nanti, walaupun sejatinya di sekitar gudang juga ada beberapa rekan tentara yang ditempatkan untuk menjaga (tetapi mereka bukan di bawah komandoku).
Pada malam harinya, kebetulan waktu itu malam jumat kliwon, jadilah aku kali ini ditemani oleh Pak Kromo tidur di kamar yang berlokasi dekat gudang ini.
Namun saat jam 8 malam, Pak Kromo izin pamit kepadaku untuk keluar membeli jamu. Sementara Pak Kromo pergi, aku mulai menata kasur untukku tidur. Saat itu belum ada listrik, dan peneranganku hanya berasal dari lampu petromak. Bahkan radio pun tak ada, sehingga suasana di tempatku tidur ini seperti kuburan yang sunyi. Sembari menunggu Pak Kromo kembali, aku memutuskan untuk mengambil mesin tik untuk mengetik surat surat cinta yang kutujukan pada pacarku, seorang pegawai Kantor Pos Jogja.
.
Selesai mengetik surat, kutunggu tunggu juga Pak Kromo namun tak kunjung datang. Kulirik jam dinding juga sudah menunjukan pukul 10 malam. Karena aku sudah mengantuk, maka aku putuskan untuk mencabut kunci kamar lalu kusimpan di bawah kasur. Aku mulai untuk mencoba tidur dan memejamkan mata. Aku terbayang keinginan untuk menonton Sandiwara Bintang Timur bersama pacarku besok saat malam minggu. Namun tiba tiba saja dalam sekejap ada suara seperti barang jatuh di atap atas kamarku. Aku hanya berpikir kalau suara itu adalah suara luwak atau musang yang memang seringkali terlihat di sekitaran gudang. Namun ketika membuka mata, di tengah keremangan cahaya lampu petromak, tampak seperti ada sesuatu yang bergerak gerak di kamarku. Bersamaan dengan itu juga tercium aroma semerbak kembang menyan yang tajam di hidungku. Sesuatu yang bergerak itu berbentuk seperti kain, dan gerakannya juga berputar putar. Akupun mengusap usap mataku, berpikir kalau itu hanya halusinasiku saja. Tetapi nyatanya sesuatu yang bergerak itu masih saja ada, tidak menghilang.
.
Selanjutnya, gerakan putaran benda itu makin kencang... aku perhatikan... di tengah keremangan cahaya lampu petromak... dan lambat laun benda itu mendekat... jelaslah wujud benda itu. Benda itu berwujud KEPALA WANITA... DENGAN RAMBUT PANJANGNYA SAMPAI SEKITAR SATU METERAN... YA... KEPALA SAJA, TANPA BADAN...!!!
.
Dalam sekejap, kepala wanita itu MENGHAMPIRIKU... KE TEMPAT TIDURKU...
Melihat keadaan yang seperti itu, jantungku pun berdegup kencang, keringatku langsung bercucuran. Ingin rasanya berteriak, namun mulutku seperti terkunci. Sejatinya, di bawah bantalku tersimpan pistol jenis FN-38 yang menjadi jatah peganganku. Namun tanganku seperti terkunci, tak bisa bergerak. Akhirnya aku hanya bisa menunggu apa yang bakalan terjadi. Tampak kepala wanita tanpa badan itu TERSENYUM padaku... wajahnya tampak cantik dan tersipu... rambutnya juga terurai panjang yang mestinya menambah kecantikannya. Tapi sayangnya, sosok itu TANPA BADAN...!!! Bau wangi bunga kenanga pun tercium semerbak di hidungku. Sosok itu juga nampak jelas terlihat di dekat lampu petromak. "Mas, aku ora apa apa, arep ngancani kok..." (Mas, aku nggak apa apa, mau nemani kok...) ujar kepala wanita itu padaku.
.
Dan sejurus kemudian, kepala wanita itu berbalik ke arah lampu petromak, dan lantas seperti ditiupnya lampu itu... matilah lampunya. Kamarku pun menjadi gelap mendadak. Dan lalu seperti ada batin yang mengingatkan, aku pun mengucap Asma Gusti Allah, karena aku beragama islam. Dan dalam sekejap, rasanya aku bisa menggerakan kembali badanku. Dengan kekuatan penuh, aku pun bangkit dari kasur untuk berlari keluar. Namun sayangnya sprei yang ada di kasur seperti terlilit di kaki dan dalam keadaan gelap gulita aku berjuang keluar kamar sembari menjatuhkan berbagai macam barang. Namun begitu membuka pintu kamar... klek... terkunci. Aku ingat kalau kunci kamar tadi aku cabut dan kutaruh di bawah bantal. Tapi mestinya harus mencari lagi karena keadaan kamar sudah cukup berantakan. Akhirnya dengan sekuat tenaga aku dobrak pintu kamar... dan berhasil... Keluar kamar, aku masih harus menuju pintu keluar gudang. Kebetulan kamarku ini memang berada di dalam gudang peralatan Tentara Republik Indonesia ( TRI ). Aku mencoba untuk berlari keluar gudang. Namun entah mengapa tiba tiba aku terjatuh, dan setelah itu aku tak ingat apa apa lagi...
.
.
Aku lantas terbangun dengan ditunggui rekan rekan dinasku di gudang senjata itu.
Tak hanya itu, komandanku yang bernama (sebut saja) Kapten Harjono nampak seperti tertawa kecil mengejek sambil melihat keadaanku. Ia hanya berkata kalau aku ditemukan pingsan di gudang oleh Pak Kromo yang datang telat untuk kembali ke kamarku. Karena ia menemukan diriku pingsan, maka ia lantas memanggil para tentara yang sedang berjaga dan memindahkanku ke ruang Kapten Harjono. Aku lantas menceritakan pada komandanku itu kejadian yang aku alami. Namun ia tidak percaya, dan hanya berkata kalau hantu itu tidak ada dan semua hanya bayangan halusinasi tatkala manusia memiliki rasa takut. Padahal kujelaskan juga kalau saat itu aku awalnya sedang tidak memiliki rasa takut karena tengah membayangkan jalan jalan malam minggu esok bersama pacarku. Tapi Kapten Harjono malah bercanda agar aku mengajak "pacar" tanpa badan yang baru mendatangi aku tadi sembari tertawa. "E mbok ya meruhi kowe lho mas..." (E mbok ya memperlihatkan diri ke kamu lho mas...) begitu pikirku menanggapi gurauan Kapten Harjono yang menurutku sama sekali tidak lucu. Tapi berhubung dia komandanku, aku memilih untuk tidak menentang pendapatnya, meskipun dalam hati aku tidak setuju. Yang jelas, sejak kejadian itu aku selalu membaca doa sebelum tidur di kamar itu, lebih lebih saat sendiri. Selesai penjelasan, aku pun bubar kembaki ke kamarku untuk membereskan barang barang yang berantakan ditemani Pak Kromo dan para tentara jaga. Waktu itu sudah lewat tengah malam. Selepas selesai membereskan dan para tentara jaga pergi, aku pun memarahi Pak Kromo karena ia pergi terlalu lama sebelumnya. Ia pun berjanji untuk lebih patuh kepadaku berikutnya. Soal Kapten Harjono yang tidak percaya dengan penjelasanku dan cenderung tidak percaya akan hantu, aku memilih untuk tidak mengambil pusing.
.
.
Namun ternyata benar saja... beberapa hari kemudian, belum ada seminggu sejak aku "didatangi" kepala tanpa badan, aku mendengar kabar kalau Kapten Harjono mendapat pengalaman mistis. Jadi ceritanya, saat itu ia tengah mandi larut malam di kamar mandinya.
Ketika tengah kesekian kali mengambil air dari bak dengan gayung, tiba tiba saja DARI BAK MANDI ADA TANGAN YANG MEMEGANG DAN MENCENGKERAM PERGELANGAN TANGANNYA... Kontan saja Kapten Harjono langsung berlari keluar kamar mandi dalam keadaan masih tidak berbusana. Sejak kejadian itu, barulah komandanku itu percaya kalau hantu memang ada.
.
.
Kejadian mistis lain di bekas pabrik yang menjadi gudang senjata ini dialami oleh teman teman yang kebetulan pada suatu hari mendapat piket jaga malam di areal sisi utara. Untuk menghilangkan rasa bosan, maka mereka pun bermain kartu. Di tengah permainan, tiba tiba salah seorang dari mereka melihat SOSOK TINGGI BESAR YANG BERADA DI DEKAT CEROBONG ASAP PABRIK... Namun entah mengapa sosok itu makin mendekat ke arah mereka... makin dekat... hingga semua yang hadir melihat sosok hitam itu. Satu regu jaga itu pun terkaget dengan kehadiran sosok yang semakin berjalan mendekat itu. Akhirnya salah seorang dari mereka yakni bernama (sebut saja) Kopral Suhandi yang terkenal pemberani lantas mengambil senapan karabennya. Senapan lalu dikokang dan ditembakkan ke arah sosok tinggi besar itu. Sosok itu pun menghilang.
.
.
Kejadian kejadian mistis itu akhirnya membuat komandanku berinisiatif mencari "orang pintar" untuk memindahkan hantu hantu di lokasi tersebut. Akhirnya "orang pintar" pun dipanggil untuk membantu. Dan singkatnya, setelah dilakukan selametan penyediaan barang seperti darah babi, jarum pentil, dan lain sebagainya, tidak ada cerita mistis yang dialami oleh kesatuanku yang ditugaskan di lokasi itu. Setidaknya hingga perang kemerdekaan usai dan kesatuanku ditarik dari lokasi tersebut.
.
.
Daftar Pustaka:
Jagading Lelembut, Majalah Djaka Lodang Edisi 28 September 1991
Instagram / Cerita Horror Jogja
Editor, furqonws / ardhityafw@gmail.com
Komentar
Posting Komentar